Sebelum membaca, saya peringatkan dulu bahwa akan banyak spoiler di artikel ini. Jika anda adalah orang yang anti dengan bocoran, maka sebaiknya tonton dulu serialnya sebelum membaca.
The
Game Of Thrones Series
Banyak yang bilang
kalau Game Of Thrones merupakan serial Televisi terbaik yang pernah dibuat di
abad ini. Setidaknya sampai detik ini belum ada yang menyamai kepopulerannya.
Bahkan serial-serial yang membawa nama MCU seperti Agent Of S.H.I.E.L.D maupun
yang sejenisnya ayalnya tidak bisa menyamai kepopuleran yang menyetarai serial
Game Of Thrones (padahal MCU versi layar lebarnya sukses besar). Dan serial
kolosal yang diadaptasi dari buku karya George R. R Marin itu tetap berada di
puncak klasmen sebagai serial terbaik.
Namun sepertinya, di
season puncaknya, penonton kecewa. Hal ini dikarenakan Season 8 dari serial
Game Of Thrones sendiri nampaknya tidak memenuhi ekspektasi dari para fans.
Oke, sebelumnya mari
kita luruskan, saya akan melakukan analisa dari segi subyektif jadi saya akan
mencoba menjelaskan dan memaparkan atas sudut pandang saya sendiri menyikapi
pengalaman saya setelah menonton season 8.
Jujur, saya suka Game
Of Thrones, bahkan saat pertama kali saya direkomendasikan oleh teman untuk
mengikuti serialnya, saya langsung takjub. Tentu saja karena plot yang tidak
bisa diprediksi dan banyak sekali sentuhan-sentuhan manis yang membuat kita
merasakan benar-benar hanyut dalam dunia kerajaan.
Siapa yang tidak cengo coba? Saat nonton season-season
awal dimana orang yang dikira tokoh utama langsung dieksekusi mati. Lah? Iya itu, Ned Stark dipenggal. Trus
tokoh utamanya siapa dong? Tentu saja ‘pembantaian’ itu berlanjut sampai season
7 yang mana pihak pembuat serial tidak ada keraguan dengan setiap naskah di
dalamnya. And Damn dude! Everything was
perfect! Saya benar-benar hanyut dengan situasi yang dibangun di daratan The Seven Kingdom.
Hingga tiba dimana
marathon saya berakhir di season 7 episode akhir. Dan harus nunggu season
terakhir yang mana masa tunggunya kurang lebih 2 tahun. 2 tahun coy!
Pada Akhirnya, di tahun 2019,
season akhir keluar. Tapi sial, karena
saya kebanyakan mantengin sosmed,
saya kena spoiler. Jirr. Yang mana
seruan dari para penggemar Game Of Thrones hampir sama : KOK JADI BEGINII?!
Yap, ekspresi yang
menggambarkan ketidak puasan dari season yang ditunggu-tunggu. Bahkan ada yang
frontal bilang kalau season 8 itu sampah! wado!
Awalnya sih, saya tidak
mau percaya kalau season 8 itu jatuhnya ancur. Namun setelah menontonnya
sendiri. Err.. yah, banyak hal yang nyatanya lebih menyakitkan dibanding lihat doi jalan sama pacarnya yang baru.
Err.. Saya coba
jelaskan.
Ada
Apa dengan Game Of Thrones Season 8?
Tentu saja karena saya
adalah pemuda bangsa yang belajar dari pengalaman perihal hoax. Dan memilih untuk mencari
kebenaran dulu sebelum mempercayai sosial media, saya pun secara pribadi
langsung ke TKP. Mencoba sebisa mungkin untuk tidak terpengaruh atas omongan
orang dan tetap yaqueen kalau Game Of
Thrones season 8 gak mungkin jelek. Yap! Pasti season 8 Bagus!
Namun setelah saya
menonton. Wadoo.. Gimana ya.
Berdasarkan dari sudut
pandang orang lain, ada beberapa story line yang jatuhnya wagu (alias aneh) Dan tentu saja.... Saya setuju dengan opini
mereka-uhuk uhuk. Tidak semua, namun
di beberapa poin.
Poin-poin tersebut
adalah poin-poin yang memang sedikit menganggu kepuasan menonton. Oke saya akan jelaskan.
Major
Spoiler. Salah satu episode yang (sebagian besar orang
bilang) mengecewakan di season 8 adalah di episode 3. Itu adalah peperangan
antara pasukan mayat hidup dan para barisan pertahanan Winterfell. Tujuan Night king dan
pasukan zombienya cuma satu, yaitu membunuh Brandon Stark yang kala itu udah
jadi dukun The Three Eyed Raven.
Kenapa mengecewakan?
Pencahayaan adegannya gelap om! Kayak
pas nonton pengen pake binoculars aja
gitu. Trus soal plot, yap, Night King (Yang katanya The Greatest villain alive
dead) Easy Peazy! Alias gampang
banget dikalahin.
Kenapa saya bilang
Night king nya terlalu Easy? Terlepas dari korban yang jatuh nyatanya banyak.
Ini soal pebangunan
tensi bro. Kita tentu ingat dimana
akhir season 7 pas Naga yang dihidupkan oleh Night King menyerang The Wall. Dan
itu jadi klimaks yang paling nggantung
sepanjang sejarah Game Of Thrones (Nggantung dalam artian bagus, karena
nyatanya bikin penonton semakin penasaran), bahkan saya kala itu harus termenung
dulu agar tidak terlalu baper dengan endingnya yang gantung.
Di Season-Season lalu
dimana pembangunan karakter Night King yang sangat panjang dan penuh tensi
berat, eh di season final pasukannya hancur lebur di 1 episode. Tentu saja itu
bikin kecewa, Masak Night King Gitu doang!
Hal ini terkesan mengecewakan dunia per zombiean.
Mungkin alasan kejar
tamat dari produsen kali ya, jadi mereka gak bisa membuat satu season full
dengan perseteruan antara Jon Snow dkk vs Night King dkk. Mereka buru-buru mau
menyelesein masalah di Kings Landing. Tapi tetep saja, visual bagus kalau
pembangunan tensi nya jelek, kan tetap aja wagu
gitu. Jadi keinget pas dulu nonton Death Note adaptasi Netflix. Susah-susah
buat CGI, plotnya malah aneh gitu. Sepanjang film rasanya ingin aja teriak, : paansih
Bambang!
Bahkan kalau boleh
jujur, dibanding Night King dan pasukan zombienya, antagonis paling greget
menurut saya malah dipegang oleh Rasmsey Bolton (itu lho, yang motong anu nya Theon). Dan peperangan Battle of Bastards lebih ngena dibanding
Invasi Night King.
Err.. Itu Opini lho ya.
Tapi yah, apa yang saya tau kan? Saya hanya penikmat disini.
Arya
Stak yang Tjopoe
Poin yang ini adalah tentang penurunan karakter. Jujur, pembangunan karakter Arya sangat baik dari season-season awal, dan cerita dari Arya Stark semakin menarik saat dia mulai berguru di Braavos dan ketemu lagi dengan Jaqen H’gar yang ternyata adalah Faceless Man. Di Bravoos dia diajari mandiin mayat, dan dikenalkan dengan dunia lain. In The end, setelah banyak proses ghaib yang dilalui itulah, dia punya kekuatan kayak si Faceless Man, dengan kata lain simsalabim dia bisa niru wajah orang.
Poin yang ini adalah tentang penurunan karakter. Jujur, pembangunan karakter Arya sangat baik dari season-season awal, dan cerita dari Arya Stark semakin menarik saat dia mulai berguru di Braavos dan ketemu lagi dengan Jaqen H’gar yang ternyata adalah Faceless Man. Di Bravoos dia diajari mandiin mayat, dan dikenalkan dengan dunia lain. In The end, setelah banyak proses ghaib yang dilalui itulah, dia punya kekuatan kayak si Faceless Man, dengan kata lain simsalabim dia bisa niru wajah orang.
Dan puncaknya adalah
saat dia membunuh Walder Frey dan membalas dendam kepada seluruh klan yang
membantai kakaknya Rob Stark serta Istrinya di Red Wedding. Serius, adegan itu
adalah adegan yang bikin merinding!
Sayangnya, di season 8
ini, Arya Stark terkesan cupu dan
tidak terlalu diandalkan. Seakan pembangunan karakter di awal-awal cerita tidak
memiliki klimaks sama sekali. Bahkan banyak fans yang nyatanya gak senang
melihat adegan ena-ena antara Arya
dan Gendry di season 8.
Oke, memang sih Arya
lah yang membunuh Night King dengan senjatanya, tapi seperti yang diopinikan
orang, final battle dengan Night King nya yang kurang Greget, menjadikan kayak pencapaian Arya dalam membunuh Night King
gak seberapa gitu.
Jon
Snow, Pahlawan Tanpa tanda jasa.
Yang ini Soal Jon Snow,
Bayangin lah, orang gak pernah jahat, pengennya nolongin yang lain, rela
berkorban sana sini, eh di akhir cerita jatuhnya flat.
Oke, ini memang rada
ganggu, pasalnya setelah fakta yang mencengangkan kalau nyatanya Jon Snow
adalah pewaris sah The Iron Throne,
di akhir, eh udah cintanya ilang, tahta pun tak dapat.
Entah kenapa saya lebih suka dengan ending yang kalau mati ya mati sekalian, kalau bahagia ya bahagia sekalian. Maksudnya, kayak kemarin semisal kita nonton Avengers Endgame, kematian tokoh utamanya di akhir kan jatuhnya bagus. Nobeless ending.
Entah kenapa saya lebih suka dengan ending yang kalau mati ya mati sekalian, kalau bahagia ya bahagia sekalian. Maksudnya, kayak kemarin semisal kita nonton Avengers Endgame, kematian tokoh utamanya di akhir kan jatuhnya bagus. Nobeless ending.
Lah ini di akhir cerita Game Of Thrones, Jon Snow kan terpaksa membunuh Danerys, habis itu gak ada adegan yng bikin puas nya sama sekali jir. Bahkan pas
pertemuan para bangsawan The Seven
Kingdom untuk menentukan Raja yang baru, namanya gak disinggung sebagai pewaris tahta sah, wat? WAT?
Sebenarnya, saya tidak
ada masalah dengan fakta kalau Brandon Stark yang jadi raja, tapi kan
setidaknya #justiceforjonsnow kan
juga harus dicanangkan.
Bahkan dengan
semena-mena, Jon Snow malah dikirim kembali untuk jadi Night Watch dan jagain The
Wall. Oke ini adalah keputusan yang aneh untuk membuat ending dari Game Of
Thrones menurut saya. Kan fungsi Night
Watch berjaga di The Wall adalah
untuk mengamati pergerakan pasukan Night
King, lah kalau Night King nya
udah mati? Mereka jaga apaan coba? Serangan dari Titan Kolosal gitu?
Uhuk—Uhuk,
Oke, saya akan lanjutkan
Brandon
Stark? Padahal Saya berharap kepada Anda!
Jujur, untuk arah
cerita Brandon Stark, pasca dia mewarisi kekuatan Three Eyed Raven, saya kira di final battle dia bakal iku perang
dengan memanggil pasukan binatang atau apa gitu untuk menhancurkan musuh.
Ternyata di season 8 kekuatannya hampir gak digunakan. Yah, kecewa dong.
Mungkin saya yang
terlalu banyak berkhayal, namun tentu opini yang bisa saya berikan untuk
pengembangan karakter brandon adalah, harusnya ada sesuatu yang lebih. Bahkan
saya malah bingung sebenarnya kontribusi brandon itu dimana err.. Ya tau kan,
Night King kan menghancurkan The Wall dan mengivasi Winterfell karena mencari
Brandon. Tapi rasanya aneh aja gitu, 'penting' nya Brandon malah semakin melemah di season 8 ini.
Bahkan plot paling
krusial soal terbongkarnya pohon keluarga Jon Snow pun, tanpa kemampuan Brandon
dalam melihat masa lalu, si Samwell Tarly udah ikut nemuin dari catatan sejarah
di buku yang dia temuin di Grand Citadel
Library. Brarti kan tujuan Brandon eksis di Game Of Thrones hanya untuk
membawa pasukan Night King ke Winterfel doang, Jir
kalau dipikir-pikir, semua gara-gara dia.
Dan di akhir cerita,
malah dia yang dijadiin raja.
Bukan kesimpulan yang
faktual, tapi kalau dipikir lucu aja gitu, Jon Snow yang banyak berkorban malah
diasingkan, si Brandon yang nyeret Night King ke daratan sebrang Tembok malah
jadi raja.
Akhir
dari Mamah para Naga.
Danerys Targaryen adalah korban penghancuran karakter yang paling parah. Pasalnya selama tujuh season dia sudah berdiri diantara orang-orang baik, tapi di season akhir malah dijadiin antagonis.
Danerys Targaryen adalah korban penghancuran karakter yang paling parah. Pasalnya selama tujuh season dia sudah berdiri diantara orang-orang baik, tapi di season akhir malah dijadiin antagonis.
Sebenarnya, saya gak
papa kalau semisal Danerys jadi orang jahat, tapi kan setidaknya tensi nya
harus benar-benar dibangun matang. Karena di final act nya, alih-alih seperti orang yang benar-benar berdeterminasi merebut tahta, jatuhnya malah kayak cewek
cemburu-cemburuan yang bikin pusing aja gitu. Bayangin semisal kita punya mantan, trus secara kebetulan dia nunggang
naga, ya gitu nanti akhirnya. Pas kita nikah, yang kondangan pada kocar-kacir.
Saya suka plot Daerys,
sungguh. Dia adalah gadis From Zero To Hero
yang bikin siapa saja pasti bakal ikut senang lihat perjalanannya. Tapi kalau
akhirnya dikonsepkan seperti itu, ya jelas banyak orang yang kecewa berat.
Karena mungkin banyak para penggemar Game Of Thrones yang masih mengharapkan
kalau Danerys dan Jon Snow akan bersama-sama memimpin The Seven Kingdom
(Meskipun mereka Bibi dan Keponakan, tapi yah,
bodo amat lah! Yang penting happy ending)
Hampir semua keluarga
Lannister tidak tersisa, bahkan keluarga yang di awal-awal cerita sangat
mendominasi itu kini hanya tinggal Tyrion (sang kerdil yang pada akhir jadi
tangan kanan Raja Brandon). Entah saya suka atau tidak untuk ending para
Lannister, saya tidak bisa menentukan.
Bahkan pada akhirnya Cersei
dan Jamie mati karena tertimpa
reruntuhan istana. Sebenarnya kalau boleh memilih, maka saya akan lebih
menyukai kalau Cersei mati di tangan Arya (mungkin tidak hanya saya yang
mengharapkan ending ini).
Tapi nyatanya, well Kekecewaan yang lain. Alih-alih menyajikan perseteruan antara Cersei dengan keluarga Stark, ataupun Cersei kepada Danerys (setidaknya bertatap muka lah atau ngobrol beberapa kalimat gitu), final battle yang disorot malah pertarungan Antara Sandor Clegane (The Hound) melawan Sir Gregor. Kakak beradik yang pada akhirnya gelut, tapi mati semua.
Tapi nyatanya, well Kekecewaan yang lain. Alih-alih menyajikan perseteruan antara Cersei dengan keluarga Stark, ataupun Cersei kepada Danerys (setidaknya bertatap muka lah atau ngobrol beberapa kalimat gitu), final battle yang disorot malah pertarungan Antara Sandor Clegane (The Hound) melawan Sir Gregor. Kakak beradik yang pada akhirnya gelut, tapi mati semua.
Di
akhir cerita, para Hero tidak diberi
kesempatan untuk bertemu dengan sang ratu jahat Cersei Lannister.
Sebenarnya sih, saya
bukan orang yang terlalu ter-triggered
kepada tontonan yang orang kata itu jelek. Bahkan saya pribadi saat nonton
Justice League maupun Suicide Squad, punya kebahagiaan tersendiri di beberapa
poin.
Namun tetap saja, plot
yang terkadang tidak sesuai ekspektasi memang mengecewakan. mungkin karena ekspektasi
itu sendiri lah yang membunuh kepuasan? Ah saya tidak tau.
Setelah semuanya, saya
mungkin akan berdiri di kubu orang-orang yang menganggap kalau Game Of Thrones
season 8 memang tidak terlalu maksimal. Namun saya tidak bilang kalau saya
tidak menikmatinya. Beberapa adegan kecil masih tetap menghibur. Dan untuk Sansa Stark, saya pribadi gau tau harus nentuin gimana. Disisi satu sisi pas, di sisi lain ada yang gak imbang gitu. Namun keseluruhan boleh lah untuk ending si Sansa. Saya tidak akan protes.
Dan apabila saya
ditanya “Apakah Game Of Thrones masih layak dianggap sebagai serial terbaik di
abad ini?”
Saya akan menjawab “Ya
tentu saja. Setidaknya sampai akan datang serial lain yang bisa mengalahkan
kepopulerannya”
Dan kerja keras yang sudah dibangun bertahun-tahun, rasanya tak adil kalau dianggap runtuh hanya karena puncaknya yang tidak sempurna. But After all, semuanya cukup kok. Tidak jelek, yah. cukup aja gitu.
Dan kerja keras yang sudah dibangun bertahun-tahun, rasanya tak adil kalau dianggap runtuh hanya karena puncaknya yang tidak sempurna. But After all, semuanya cukup kok. Tidak jelek, yah. cukup aja gitu.
Itulah Opini dari saya,
kalau kalian sendiri bagaimana?