Sebelum
membaca, saya peringatkan dulu bahwa akan banyak spoiler di
artikel ini. Jika anda adalah orang yang anti dengan bocoran, maka sebaiknya
tonton dulu Filmnya sebelum membaca.
Disclaimer : Saya bukan movie expert yang benar-benar paham seluk beluk perfilman, mengerti soal sinematografi, pengambilan gambar ataupun storline. Saya hanya pemuda biasa, yang sekali-dua kali nonton film karena pengen.
Aladdin
adalah salah satu dari sekian film yang keluar di tahun 2019, namun berbeda
dengan Aladdin yang kita ingat (yang dahulu pernah tayang di indonesia), Aladin
2019 bukanlah sekuel dari animasi original aladin keluaran disney bertahun-tahun
lalu. Aladdin ini adalah ‘remake’ atau ‘adaptasi’ (atau apalah anda mau
menyebutnya) dari cerita Aladdin original—Yap,
kita tau jalan ceritannya, ada pemuda, dia dapat lampu ajaib, diberi tiga
permintaan bla-bla bla.
yah
saya tau, saya memang punya beberapa pandangan perihal film ini. Dan tanpa
maksud menghujat atau ghibah sama sekali (mungkin sedikit), saya ingin mengulas
film yang nyatanya pendapatannya melebihi John
Wick 3 : Prabellum tersebut.
Seperti
yang sudah saya jelaskan bahwa : yap kita
tau jalan ceritannya, ada pemuda, dia dapat lampu ajaib, diberi tiga permintaan
bla-bla bla. Memang Aladdin 2K19 tidak banyak mengubah jalan cerita asli
dari hikayat Aladdin. Bahkan hampir mendekati sama persis dimana Aladdin
bertemu Jasmine, dia jatuh cinta dan cerita itu berlanjut terus sampai dimana
Aladin akan menemukan lampu ajaib dan meminta menjadi pangeran. Antagonisnya
pun masih si Jafar yaitu penasehat Sultan, yang pada akhirnya berniat
menguasai kerajaan.
Saya
pribadi memang hanya mengingat seklebak
akan ingatan-ingatan saya yang dahulu pernah nonton film Aladdin versi animasi
di Global TV. Dan saya cukup yakin bahwasannya, memang jalan ceritannya seperti
itu.
Memang
sih, hikayat 1001 malam tentang Aladdin adalah sesuatu yang sangat populer,
bahkan saking populernya sebagian yang tidak datang ke biskop untuk menonton
Aladdin 2K19 sepertinya tidak akan penasaran dengan endingnya. Tapi, nampaknya
masih banyak orang-orang yang ingin datang untuk menonton filmnya.
Selang
beberapa hari semenjak premiernya, Aladdin nyatanya sudah bisa menggeser John
Wick 3 dari puncak box office (perihal pendapatan). Padahal menurut Rotten Tomatoes (website ulasan film
dari para kitikus), terakhir saya lihat Aladdin cuman mendapatkan 56%,
dibandingkan John Wick yang mencapai 89%. Meskipun begitu, pendapatan Aladdin
2K19 sendiri sudah mencapai 91 juta US dollar, sedangkan John Wick ada di angka
24 Juta US dollar.
Jika
ditanyakan alasan atas perbandingan kedua film tersebut, mungkin faktor utama adalah
Rating, yang mana Aladdin sendiri memang film box office keluarga yang bisa
ditonton semua umur. Sedangkan John Wick memiliki rating dewasa karena
berkaitan dengan kekerasan dan pembunuhan. Sehingga mempengaruhi pendapatan dikarenakan batasan usia atas orang-orang yang boleh menonton.
Jalan ceritannya
gimana bang?
Yap, kita tau jalan ceritannya, ada pemuda, dia dapat lampu ajaib, diberi tiga permintaan bla-bla bla. Tidak banyak berubah.
Yap, kita tau jalan ceritannya, ada pemuda, dia dapat lampu ajaib, diberi tiga permintaan bla-bla bla. Tidak banyak berubah.
Sebenarnya,
kalau boleh jujur, saya merasa kalau Aladdin versi animasi terkesan lebih rapi
dibanding film ini. Saya satu suara dengan para kritikus yang mengatakan bahwa
ada banyak plot holes yang terkesan
aneh. Bahkan sosok awam seperti saya bisa menyadari beberapa kekurangan plot
yang disajikan. Terlebih lagi soal ‘aturan’ dari lampu Ajaib yang mana ada
adegan perihal 3 permintaan dan si Aladdin negosiasi dengan Jin (yang
diperankan oleh Will Smith), dimana kala itu Aladdin ‘nego’ permintaan pertama nya gak usah dihitung aja—Seketika itu saya langsung mengernyitkan dahi (Wait, What?!)
Namun
ada juga beberapa hal yang nyatanya entah kenapa bisa bikin saya tertawa.
Adegan-adegan itu adalah adegan yang menampilkan betapa cringe dan awkward nya si
Aladdin saat berinteraksi. Selebihnya, saya habiskan waktu saya nonton dengan
lebih banyak was-was. Karena takut bakal ada adegan yang lebih tidak masuk akal.
Nyanyi Teroooss
Jujur,
saya tidak tau kalau film ini akan jadi film yang berunsur musikal sebelum
Aladdin tiba-tiba nyanyi. Bahkan kala itu, saya yang tengah asik mantengin subtitle di layar langsung tergerak
ingin menghujat saat tiba tiba ada intro lagu bak film india—Apaan Nih?
Oke,
memang satu atau dua kali bernyanyi itu sebenarnya masih bisa ditolerir (Bahkan
saat lagu di adegan Aladdin bertemu Jin, saya mulai bisa menerima dengan ikhlas—oke gpp, nyanyinya boleh lah), namun gejolak
hati ingin menghujat kembali saat jasmine ditangkap penjaga, dan diseret
keluar, tiba-tiba layar redup dan dia mulai bernyanyi—WUUAATSS?! Seketika itu pula, hancur sudah tensi tegang yang
susah-susah dibangun.
Sebenarnya,
saya bukan orang yang anti dengan musikal dalam Film, karena saat saya nonton
film La La Land Bahkan 3 idiots (All Is Well) saya masih bisa menikmati jalan ceritanya. Namun
faktor itu tentu saja karena menurut saya mereka memasukkan unsur musikal
sesuai porsinya. Dilain sisi, untuk Aladdin, saya berpendapat bahwa penempatan
beberapa adegan bernyanyi memang salah. Bahkan, terlalu banyak! Saya cukup
yakin kalau dalam satu film, ada adegan nyanyi 4-5 kali (atau munngkin lebih)
Memang
saya paham, bahwasannya Aladdin dibuat secara menyenangkan adalah untuk
menceritakan kembali kisah Arabian Nights
kepada anak-anak dengan visual yang baru. Bahkan saya memuji segala macam tata
letak, tampilan dan CGI nya yang nyatanya tidak mengecewakan. Namun tentu saja
untuk ‘para penonton lama’ ayalnya akan paham betapa berbedannya Aladdin 2K19
dan Aladdin versi Animasi berdasarkan Jalan cerita.
Opini
saya pribadi, Saya memang terhibur dengan film Aladdin 2K19, namun di beberapa
bagian film, otak saya nyatanya tidak mau menerima faktor-faktor yang menurut saya
terlalu banyak ‘bolongnya’. Saya hanya berpikir seharusnya Filmnya bisa lebih
dimaksimalkan dibanding ini.
....
Lantas
bagaimana kesimpulan untuk film ini? Saya sendiri, merekomendasikan. Namun dengan catatan : Jika anda
mencari hiburan dan berniat mengajak anak-anak anda untuk meluangkan waktu,
maka film ini sangat cocok. Namun jika anda orang dewasa yang memang mencari
sesuatu untuk menaikkan mood, well,
saya tidak tau.
Selebihnya,
mari kita hargai orang-orang yang sudah berkerja keras dibalik film tersebut,
dan berharap akan kemajuan yang lebih baik di film-film berikutnya.
Itulah
Opini saya, bagaimana dengan anda?